Saturday, July 4, 2020

REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI

TUJUAN PEMBELAJARAN :

  • Membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen,          pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan  oksidasi.
  • Menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion.
  • Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi reduksi 

Pengertian Oksidasi dan Reduksi (Redoks)

Pengertian oksidasi dan reduksi disini lebih melihat dari segi transfer oksigen, hidrogen dan elektron. Disini akan juga dijelaskan mengenai zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor).

1.       Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer oksigen
Dalam hal transfer oksigen, Oksidasi berarti mendapat oksigen, sedang Reduksi adalah kehilangan oksigen.

Sebagai contoh, reaksi dalam ekstraksi besi dari biji besi:

Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, reaksi diatas disebut reaksi REDOKS.

a.       Zat pengoksidasi dan zat pereduksi
          Oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain. Pada contoh reaksi diatas, besi(III)oksida merupakan oksidator.
          Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat lain. Dari reaksi di atas, yang merupakan reduktor adalah karbon monooksida.
Jadi dapat disimpulkan:
  • oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat lain,
  • reduktor adalah yang mengambil oksigen dari zat lain
     2.       Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen
          Definisi oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen ini sudah lama dan kini tidak banyak digunakan.
            Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti mendapat hidrogen.
 Perhatikan bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari definisi pada transfer oksigen.
Sebagai contoh, etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:


Untuk memindahkan atau mengeluarkan hidrogen dari etanol diperlukan zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator yang umum digunakan adalah larutan kalium dikromat(IV) yang diasamkan dengan asam sulfat encer.
            Etanal juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan menambahkan hidrogen. Reduktor yang bisa digunakan untuk reaksi reduksi ini adalah natrium tetrahidroborat, NaBH4. Secara sederhana, reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:



b.         Zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor)
  • Zat pengoksidasi (oksidator) memberi oksigen kepada zat lain, atau memindahkan hidrogen dari zat lain.
  • Zat pereduksi (reduktor) memindahkan oksigen dari zat lain, atau memberi hidrogen kepada zat lain.
3.       Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron
          Oksidasi berarti kehilangan elektron, dan reduksi berarti mendapat elektron.
          Definisi ini sangat penting untuk diingat. Ada cara yang mudah untuk membantu anda mengingat definisi ini. Dalam hal transfer elektron

Contoh sederhana
Reaksi redoks dalam hal transfer elektron:
          CuO  +  Mg   à    Cu   +  MgO
          Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat ion. Sedang dalam bentuk logamnya tidak bersifat ion. Jika reaksi ini ditulis ulang sebagai persamaan reaksi ion, ternyata ion oksida merupakan ion spektator (ion penonton).


Jika anda perhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium mereduksi iom tembaga(II) dengan memberi elektron untuk menetralkan muatan tembaga(II).
          Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor).
Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan elektron dari magnesium untuk
menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator).
          Memang agak membingungkan untuk mempelajari oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron, sekaligus mempelajari definisi zat pengoksidasi dan pereduksi dalam hal transfer elektron.

Dapat disimpulkan sebagai berikut, apa peran pengoksidasi dalam transfer elektron:
  • Zat pengoksidasi mengoksidasi zat lain.
  • Oksidasi berarti kehilangan elektron (OIL RIG).
  • Itu berarti zat pengoksidasi mengambil elektron dari zat lain.
  • Jadi suatu zat pengoksidasi harus mendapat elektron
Atau dapat disimpulkan sebagai berikut:
  • Suatu zat pengoksidasi mengoksidasi zat lain.
  • Itu berarti zat pengoksidasi harus direduksi.
  • Reduksi berarti mendapat elektron (OIL RIG).
  • Jadi suatu zat pengoksidasi harus mendapat elektron.
     4.       Bilangan Oksidasi (BILOKS)
a.       Pengertian Bilangan Oksidasi
          Dengan bilangan oksidasi akan mempermudah dalam pengerjaan reduksi atau oksidasi dalam suatu reaksi redoks.
         
Kita akan membuat contoh dari Vanadium. Vanadium membentuk beberapa ion, V2+ dan V3+. Bagaimana ini bisa terjadi? Ion V2+ akan terbentuk dengan mengoksidasi logam, dengan memindahkan 2 elektron
Vanadium kini disebut mempunyai biloks +2
 Pemindahan satu elektron lagi membentuk ion V3+:  Vanadium kini mempunyai biloks +3.
Pemindahan elektron sekali lagi membentuk bentuk ion tidak biasa, VO2+
Biloks vanadium kini adalah +4. Perhatikan bahwa biloks tidak didapat hanya dengan menghitung muatan ion (tapi pada kasus pertama dan kedua tadi memang benar).
Bilangan oksidasi positif dihitung dari total elektron yang harus dipindahkan-mulai dari bentuk unsur bebasnya. Vanadium biloks +5 juga bisa saja dibentuk dengan memindahkan elektron kelima dan membentuk ion baru. 



Setiap kali vanadium dioksidasi dengan memindahkan satu elektronnya, biloks vanadium bertambah 1.
          Sebaliknya, jika elektron ditambahkan pada ion, biloksnya akan turun. Bahkan dapat didapat lagi bentuk awal atau bentuk bebas vanadium yang memiliki biloks nol.
          Bagaimana jika pada suatu unsur ditambahkan elektron? Ini tidak dapat dilakukan pada vanadium, tapi dapat pada unsur seperti sulfur



I                                         on sulfur memiliki biloks -2.
b.       Kesimpulan
         
Biloks menunjukkan total elektron yang dipindahkan dari unsur bebas (biloks positif) atau ditambahkan pada suatu unsur (biloks negatif) untuk mencapai keadaan atau bentuknya yang baru.
             Oksidasi melibatkan kenaikan bilangan oksidasi
         
          Reduksi melibatkan penurunan bilangan oksidasi
         
Dengan memahami pola sederhana ini akan mempermudah pemahaman tentang konsep bilangan oksidasi. Jika anda mengerti bagaimana bilangan oksidasi berubah selama reaksi, anda dapat segera tahu apakah zat dioksidasi atau direduksi tanpa harus mengerjakan setengah-reaksi dan transfer elektron.
5.       Penentuan Bilangan oksidasi
          Biloks tidak didapat dengan menghitung jumlah elektron yang ditransfer. Karena itu membutuhkan langkah yang panjang. Sebaliknya cukup dengan langkah yang sederhana, dan perhitungan sederhana.
1) Biloks dari unsur bebas adalah nol. Itu karena unsur bebas belum   
    mengalami oksidasi atau reduksi. Ini berlaku untuk semua unsur, baik unsure
    dengan struktur sederhana seperti Cl2 atau S8, atau unsur dengan struktur
    besar seperti karbon atau silikon.
2) Jumlah biloks dari semua atom atau ion dalam suatu senyawa netral adalah
     nol.
3) Jumlah biloks dari semua atom dalam suatu senyawa ion sama dengan
     jumlah muatan ion tersebut.
4) Unsur dalam senyawa yang lebih elektronegatif diberi biloks negatif. Yang
    kurang elektronegatif diberi biloks positif. Ingat, Fluorin adalah unsur paling elektronegatif, kemudian oksigen.
5 ) Beberapa unsur hampir selalu mempunyai biloks sama dalam senyawanya:
     :
unsur
Bilangan Oksidasi
Pengecualian
Logam golongan I
selalu +1

Group 2 metals
selalu +2

Oksigen
biasanya -2
Kecuali dalam peroksida dan F2O (lihat dibawah)
Hidrogen
biasanya +1
Kecuali dalam hidrida logam, yaitu -1 (lihat dibawah)
Fluorin
selalu -1

Klorin
biasanya -1
Kecuali dalam persenyawaan dengan O atau F (lihat dibawah)

Pengecualian dalam peritungan bilangan oksidasi
1 )      Hidrogen dalam hidrida logam
          Yang termasuk hidrida logam antara lain natrium hidrida, NaH.
Dalam senyawa ini, hidrogen ada dalam bentuk ion hidrida, H-. Biloks dari ion seperti hidrida adalah sama dengan muatan ion, dalam contoh ini, -1.
          Dengan penjelasan lain, biloks senyawa netral adalah nol, dan biloks logam golongan I dalam senyawa selalu +1, jadi biloks hidrogen haruslah -1 (+1-1=0).
2 )      Oksigen dalam peroksida
Yang termasuk peroksida antara lain, H2O2. Senyawa ini adalah senyawa netral, jadi jumlah biloks hidrogen dan oksigen harus nol.
Karena tiap hidrogen memiliki biloks +1, biloks tiap oksigen harus -1, untuk mengimbangi biloks hidrogen.
3)       Oksigen dalam F2O
          Permasalahan disini adalah oksigen bukanlah unsur paling elektronegatif.
Fluorin yang paling elektronegatif dan memiliki biloks -1. Jadi biloks oksigen adalah +2.
4)       Klorin dalam persenyawaan dengan fluorin atau oksigen
          Klorin memiliki banyak biloks dalam persenyawaan ini. Tetapi harus diingat, klorin tidak memiliki biloks -1 dalam persenyawaan ini.

Contoh soal bilangan oksidasi
 1.      Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam Cr2+?
Jawab :
          Untuk ion sederhana seperti ini, biloks adalah jumlah muatan ion, yaitu +2
           (jangan lupa tanda +)
2.       Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam CrCl3?
Jawab :
          CrCl3 adalah senyawa netral, jadi jumlah biloksnya adalah nol. Klorin
            memiliki biloks -1. Misalkan biloks kromium adalah n: n + 3 (-1) = 0
            n = +3
3.       Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam Cr(H2O)63+?
Jawab :
          Senyawa ini merupakan senyawa ion, jumlah biloksnya sama dengan
           muatan ion. Ada keterbatasan dalam mengerjakan biloks dalam ion
           kompleks seperti ini dimana ion logam dikelilingi oleh molekul-molekul
           netral seperti air atau amonia.
Jumlah biloks dari molekul netral yang terikat pada logam harus nol.
Berarti molekul-molekul tersebut dapat diabaikan dalam mengerjakan soal ini. Jadi bentuknya sama seperti ion kromium yang tak terikat molekul, Cr3+. Biloksnya adalah +3.

4.       Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam ion dikromat, Cr2O72-?

Jawab ;
          Biloks oksigen adalah -2, dan jumlah biloks sama dengan jumlah muatan
           ion. Jangan lupa bahwa ada 2 atom kromium.
           2n + 7(-2) = -2  à  n = +6

5.       Apakah bilangan oksidasi dari tembaga dalam CuSO4?
Jawab :
          Dalam mengerjakan soal oksidasi tidak selalu dapat memakai cara
           sederhana seperti diatas. Permasalahan dalam soal ini adalah dalam
           senyawa terdapat dua unsur (tembaga dan sulfur) yang biloks
           keduanyadapat berubah.
Ada dua cara dalam memecahkan soal ini:
a.  Senyawa ini merupakan senyawa ionik, terbentuk dari ion tembaga dan ion  
      sulfat, SO42-, untuk membentuk senyawa netral, ion tembaga harus dalam
      bentuk ion 2+. Jadi biloks tembaga adalah +2.

b.  Senyawa ini juga dapat ditulis tembaga(II)sulfat. Tanda (II) menunjukkan
      biloksnya adalah 2. Kita dapat mengetahui bahwa biloksnya adalah +2 dari
      logam tembaga membentuk ion positif, dan biloks adalah muatan ion.
5.       Penggunakan bilangan oksidasi
 a.      Dalam penamaan senyawa
          Anda pasti pernah tahu nama-nama ion seperti besi(II)sulfat dan besi(III)klorida. Tanda (II) dan (III) merupakan biloks dari besi dalam kedua senyawa tersebut: yaitu +2 dan +3. Ini menjelaskan bahwa senyawa mengandung ion Fe2+ dan Fe3+.
          Besi(II)sulfat adalah FeSO4. Ada juga senyawa FeSO3 dengan nama klasik besi(II)sulfit. Nama modern menunjukkan biloks sulfur dalam kedua senyawa.Ion sulfat yaitu SO42-.
Biloks sulfur adalah +6. Ion tersebut sering disebut ion sulfat(VI).Ion sulfit yaitu SO32-. Biloks sulfur adalah +4. Ion ini sering disebut ion sulfat(IV). Akhiran -at menunjukkan sulfur merupakan ion negatif.
         
Jadi lengkapnya FeSO4 disebut besi(II)sulfat(VI), dan FeSO3 disebut besi(II)sulfat(IV). Tetapi karena kerancuan pada nama-nama tersebut, nama klasik sulfat dan sulfit masih digunakan.

b.       Menggunakan bilangan oksidasi untuk menentukan yang dioksidasi
          dan yang direduksi.
         
Ini merupakan aplikasi bilangan oksidasi yang paling umum.
Seperti telah dijelaskan:
          Oksidasi melibatkan kenaikan bilangan oksidasi
          Reduksi melibatkan penurunan bilangan oksidasi

Pada contoh berikut ini, kita harus menentukan apakah reaksi adalah reaksi redoks, dan jika ya apa yang dioksidasi dan apa yang direduksi.
Contoh 1:
 Reaksi antara magnesium dengan asam hidroklorida:


Apakah ada biloks yang berubah? Ya, ada dua unsur yang berupa senyawa pada satu sisi reaksi dan bentuk bebas pada sisi lainnya. Periksa semua biloks  agar lebih yakin.
Biloks magnesium naik, jadi magnesium teroksidasi. Biloks hidrogen turun, jadi hidrogen tereduksi. Klorin memiliki biloks yang sama pada kedua sisi persamaan reaksi, jadi klorin tidak teroksidasi ataupun tereduksi.

Contoh 2:
Reaksi antara natrium hidroksidsa dengan asam hidroklorida



Semua bilangan oksidasi diperiksa:

Ternyata tidak ada biloks yang berubah. Jadi, reaksi ini bukanlah reaksi redoks.
 Contoh 3:

Reaksi antara klorin dan natrium hidroksida encer dingin


Jelas terlihat, biloks klorin berubah karena berubah dari undur bebas menjadi dalam persenyawaan. Bilangan oksidasi diperiksa
Klorin ternyata satu-satunya unsur yang mengalami perubahan biloks. Lalu, klorin mengalami reduksi atau oksidasi? Jawabannya adalah keduanya. Satu atom klorin mengalami reduksi karena biloksnya turun, atom klorin lainnya teroksidasi.

Peristiwa seperti ini disebut reaksi disproporsionasi. Reaksi disproporsionasi yaitu reaksi dimana satu unsur mengalami oksidasi maupun reduksi.

c. Menggunakan bilangan oksidasi untuk mengerjakan proporsi reaksi
         
Bilangan oksidasi dapat berguna dalam membuat proporsi reaksi dalam reaksi titrasi, dimana tidak terdapat informasi yang cukup untuk menyelesaikan persamaan reaksi yang lengkap.
          Ingat, setiap perubahan 1 nilai biloks menunjukkan bahwa satu elektron telah ditransfer. Jika biloks suatu unsur dalam reaksi turun 2 nilai, berarti unsur tersebut memperoleh 2 elektron.
          Unsur lain dalam reaksi pastilah kehilangan 2 elektron tadi. Setiap biloks yang turun, pasti diikuti dengan kenaikan yang setara biloks unsur lain.
          Ion yang mengandung cerium dengan biloks +4 adalah zat pengoksidasi (rumus molekul rumit, tidak sekedar Ce4+). Zat tersebut dapat mengoksidasi ion yang mngandung molybdenum dari biloks +2 menjadi +6. Biloks cerium menjadi +3 ( Ce4+). Lalu, bagaimana proporsi reaksinya?
          Biloks molybdenum naik sebanyak 4 nilai. Berarti biloks cerium harus turun sebanyak 4 nilai juga.
         
Tetapi biloks cerium dalam tiap ionnya hanya turun 1 nilai, dari +4 menjadi +3. Jadi jelas setidaknya harus ada 4 ion cerium yang terlibat dalam setiap reaksi dengan molybdenum ini.
          Proporsi reaksinya adalah 4 ion yang mengandung cerium dengan 1 ion molybdenum.




No comments:

Post a Comment

TATA NAMA ALKANA